Bupati Karawang dr. Hj. Cellica Nurrachadiana didampingi Kepala Bapenda H.Asikin dan Kepala DPKAD Hadis Herdiana dan Kepala Cabang Bank BJB Karawang Arfandi hadiri Rapat Umum Pemegang Saham Bank BJB Jabar dan Banten Tahunan Tahun Buku 2017

Bupati Karawang dr. Hj. Cellica Nurrachadiana didampingi Kepala Bapenda H.Asikin dan Kepala DPKAD Hadis Herdiana dan Kepala Cabang Bank BJB Karawang Arfandi hadiri Rapat Umum Pemegang Saham Bank BJB Jabar dan Banten Tahunan Tahun Buku 2017 bertempat di Ballroom Hotel Aryaduta Bandung, Rabu (28/2). Acara yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan yang sekaligus membuka acara tersebut bersama Bupati dan Walikota  se-Provinsi Jawa Barat dan Banten, jajaran Komisaris serta Direksi Bank Jabar dan Banten.
Dalam sambutannya Gubernur menyampaikan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham ini adalah sebagai evaluasi kinerja seluruh jajaran komisaris, direksi maupun staf dari Bank Jabar dan Banten.
Selanjutnya beliau mengatakan pada tahun buku 2017 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (BJB) mencatat keuntungan (laba kotor sebelum pajak) tertinggi sepanjang sejarah bank tersebut berdiri. BJB mencatatkan keuntungan sebesar Rp 2,1 Triliun atau terbesar dibanding bank-bank daerah lain di Indonesia.
"Di saat yang sama bisnis BJB juga kita dorong supaya langsung berdampak jadi selain berdampak lewat keuntungan yang diberikan kepada Pemerintah melalui Pendapatan Asli Daerah (APBD), pada saat yang sama juga kita dorong agar bisnisnya itu tidak hanya bisnis yang mencari keuntungan semata, tapi bisnis yang berpihak; membiayai proyek-proyek besar yang dampaknya membuka lapangan kerja dan bisa membiayai bisnis mikro, kecil, menengah. Supaya pertumbuhan usaha besar dan kecil itu seimbang," papar Aher.
Capaian lain, BJB juga mencatat sebagai bank dengan pertumbuhan aset tertinggi. Saat ini, bank yang masuk dalam jajaran 12 bank besar di Indonesia ini mampu mencatatkan pertumbuhan aset hingga Rp 108 Triliun dibanding 2008 yang hanya ada di kisaran Rp 50-an Triliun.
Sementara itu, dari sisi pasar modal, bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2011 ini, kini menjual saham per lembarnya dengan harga yang cukup tinggi, yaitu mencapai Rp 2.300 per lembar saham atau masuk kategori saham blue chip. Meningkat beberapa kali lipat dari harga dasar Rp 600. Sambutan publikpun sangat baik ketika melantai pertama kalinya di BEI ketika itu.
"Pernah bahkan pada tahun lalu dari Rp 600 harga dasar lalu pernah naik sampai Rp 3.100," ujar Aher.
Artinya, Bank BJB telah dipercaya publik, baik oleh publik sebagai penabung personal atau corporate maupun oleh penerima kredit. Capaian dan prestasi inilah yang menjadi salah satu alasan Aher diundang oleh BEI pada pembukaan perdagangan saham kemarin, Selasa (27/2/18) di Jakarta.
"Tentu bisnis saham di bursa efek  tidak berdampak langsung secara uang atau real. BJB itu punya dampak real saat menjual saham pertama kali, berikutnya penjualan saham diantara para trader atau masyarakat yang nabung dalam bentuk saham tentu terus terjadi. Nah, sekarang harga sahamnya di Rp 2.300 dan dampak bagi Bank BJB-nya bukan dampak dalam arti uangnya nambah bagi bank, tapi influence atau pangaruhnya. Berarti kalau sahamnya diperjualbelikan secara sehat Bank BJB dipercaya publik," pungkasnya. (@opa)